Tuesday 17 April 2012

Curahan Hati Penderita Trichotillomania

Dear Semuanya,
Hari ini tanggal 7 Maret 2012. Hari ini, aku membaca istilah baru waktu aku buka Google. Trichotillomania. Haha. Aneh ya namanya?
Tapi aku hari ini juga tau,kalau selama ini aku mengidap penyakit ini. Selama bertahun-tahun. Selama ini aku kira ini hanya sebuah kebiasaan jelek. Kebiasaanku mencabuti rambut sejak aku duduk di bangku SD. Kebiasaan yang membuatku dijauhi teman2ku karena melihatku aneh. Kebiasaanku ini juga membuat rambutku pitak. Dan hari ini aku tau kalau itu adalah penyakit. Penyakit mental. Masih belum pasti apa itu ada sangkut-pautnya sama kelainan saraf di otak. Tapi semoga tidak begitu.
Saat SD sering aku diejek dan dijauhi oleh teman2 karna kebiasaanku ini membuat penampilanku jadi ga karuan. Rambut adalah mahkota wanita. Oke, that’s true... Penampilanku saat itu, rambut di kepalaku hampir botak, bulu mataku pun cuma tinggal yang sebelah kiri. Ga tau ya, aku sadar kalau perbuatanku yang suka cabut-cabut rambut itu salah. Sampai waktu itu aku sering dimarahi Ibu dan dipukul sama kakakku kalau tanganku terlihat mulai memilin-milin rambut. Tapi, sensasinya itu lho. Aku paling suka rasanya saat rambut tercabut dari kulitku. Ga sakit kok, justru setiap satu helai rambut yang tercabut, hal itu memberikan rasa lega. Gatal-gatal enak gimana gitu. Aku juga paling suka mengamati akar rambutku yang warnanya hitam. Itu kelainan, I know that clearly. Tapi itu semakin lama semakin parah. Aku bahkan tanpa sadar bisa mencabuti rambut. Benar-benar tanpa sadar! Aku pernah dibawa ke dokter kulit sama Ibuku waktu aku kelas 6. Minta obat penyubur rambut. Ibuku cerita soal kebiasaan anehku itu ke dokter. Dokter menyarankan Ibuku untuk membawaku ke psikiater. Tapi aku kan ga gila. Please deh, itu cuma kebiasaan aneh. Dan aku akan buktikan kalau aku bisa menghentikannya. Well, ternyata berhasil. Aku bisa sembuh.
Tapi tebak, ‘kesembuhan’ itu hanya bertahan sekitar satu tahun. Dan saat aku di kelas 2 SMP,hal itu berlanjut. Keluargaku udah pasrah liat aku kayak gitu. Aku malu, itu sudah pasti. Tapi sensasi dari mencabut rambut bisa mengalahkan rasa maluku. Wow... Aneh, aneh! Aku sering frustasi karena ga punya teman. Ingin aku berubah. Tapi hal itu malah semakin membuat tanganku dengan sendirinya mengarah ke kepala, menarik satu helai rambut, dan... Dut. Tercabut. Begitu terus sampai tanganku berhenti dengan sendirinya karna kelelahan. Teman-temanku tau, apalagi yang sudah satu kelas denganku saat SD. Wah, benar-benar kayak di neraka jahanam.
Saat masuk SMA, duniaku mulai berubah. Duniaku, bukan kebiasaanku. Karna di SMA ini teman yang berasal dari SD dan SMPku sedikit, aku bisa total memperbaiki kepribadianku. Kepribadian lho, bukan kebiasaan. Aku masih suka mencabuti rambut. Tapi karna di SMA ini entah aku yang sudah bisa bersosialisasi atau memang teman2ku yang menerimaku apa adanya, aku punya baaanyaak teman. Mungkin teman2ku tau, tapi mereka pura-pura ga tau. Aku lebih nyaman dengan hal itu. Apalagi pacar-pacarku saat itu ga complain sama kebiasaanku ini. Aku bener-bener jadi ga ada motivasi buat menghentikan kebiasaanku mencabuti rambut. Padahal terang-terangan rambutku itu pitak dan aku ga pakai wig. Tapi aku ga bodoh di kelas, banyak yang memuji kalau aku pintar. Mereka terkadang meminta bantuanku untuk mengajari soal-soal pelajaran. Aku anggota OSIS, ditambah aku bisa menang saat Olimpiade Sains. Itu membanggakan. Dan teman2 semakin banyak, mereka tidak memandang pada keadaan rambut dan kebiasaanku lagi. Saat-saat itu benar-benar menyenangkan. Aku punya pacar,yang sampai sekarang dia masih setia mendampingiku, dan teman2 se-geng yang baik hati. Aku dikenal adik-adik dan kakak-kakak kelas, juga guru-guru. It’s wonderful. Aku bahagia.
Saat ini aku berumur 19 tahun. Aku sekarang kuliah semester 4 di sebuah perguruan tinggi negeri di Malang. Dan kuakui, sampai detik ini, aku masih seringkali mencabuti rambut. Memang tidak separah dulu waktu SD. Kalau saat SD dulu, bukan pitak lagi sih namanya, tapi setengah botak. Sekarang, di kepalaku pitak-pitak kecil-kecil. Aku malu sebenernya. Aku lho udah kuliah, begitu terus yang kuteriakkan di otakku, tapi kok rasanya udah kebal ya? Hiks,hiks...
Aku pengen berubah... Waktu aku tau ternyata itu penyakit, aku langsung cerita ke pacarku. Karna pacarku itu temen sebangkuku waktu SD, jadi dia udah kenal banget sama kebiasaan jelekku ini. Tapi dia kasih aku support. Dia bilang, kamu pasti bisa sembuh kok... Ceile, so sweet banget ya....
Doain ya teman-teman... Aku pengen sembuh. Tapi mustahil kalau aku bisa berhenti nyabutin rambut cuma dalam sehari. Impossible, right? Mungkin dengan cara mengurangi sedikit demi sedikit jumlah rambut yang aku cabut, lama-lama aku bisa berhenti. Amin.
Bagi kalian yang juga punya masalah yang sama sepertiku, terus semangat ya! Aku yakin, kita pasti bisa!
there is a will, there is a way
Salam Sayang,
Kisa